Jadi Mentor yang Dicintai yuk!

Melebihi dari bahagianya seorang Pecinta adalah ketika Cintanya dibalas dengan Cinta yang lebih besar. Saya pernah berkata dalam sebuah seminar tentang dunia mentoring: “Mementor itu adalah pekerjaan Cinta. Saat Engkau mencintai adik mentor, maka rasakanlah, Engkau akan dicintai mereka tanpa pernah engkau memintanya”.


Biar jelas, mari kita bandingkan keadaan seorang mentor yang tidak dicintai adik mentornya dan mentor yang dicintai adik mentornya :

Mentor yang tidak dicintai adik mentor
(mad’u)
Mentor yang dicintai adik mentor (mad’u)
Saat mad’u menghadiri mentoring
Mad’u lesu, ingin cepat pulang
Saat mad’u menghadiri mentoring
Mad’u bersemangat, sesekali menanggapi materi secara ekspresif
Ketika Mad’u telat datang
Meminta maaf ketika datang ke majelis dan tidak meminta ijin terlebih
dahulu
Ketika Mad’u telat datang
Meminta maaf/ijin karena telat lewat sms
Ketika Mentor membatalkan mentoring
“Asyik! Bisa ngerjain PeeR!”
Ketika Mentor membatalkan mentoring
“Kang/Teh, ada mentoring pengganti gak?”
Ketika Mentoring sudah lama vakum
Adik mentor cenderung menyimpulkan mentoring sudah berhenti.
Ketika Mentoring sudah lama vakum
Mad’u terus bertanya, “Kang kapan mentoring lagi?”
Ketika Mentor berbuat salah
Mad’u cenderung diam membiarkan
Ketika Mentor berbuat salah
Mad’u protes dan mempertanyakannya
Pernyataan cinta
Mad’u tidak menyatakan cinta pada mentor
Pernyataan cinta
“Kang/Teh, ana uhibbuka fillah…”
Momen-momen tak terlupakan
Makan bareng, naik gunung bareng, menginap bersama di rumah adik
mentor.
Momen-momen tak terlupakan
Makan bareng, naik gunung bareng, menginap bersama di rumah adik
mentor, Mad’u menelepon memberikan selamat ketika mentor ulang tahun, lulus
kuliah, dan berbahagia, Mentor dijenguk ketika sakit, Mad’u menceritakan
rahasia penting hanya kepada mentor, Mad’u mengajak mentor menginap di
rumahnya, Mad’u melepas kepergian mentor di bandara, Mentor dicarikan istri
oleh adik mentor.
Begitu besarnya peran Cinta dalam kehidupan tarbiyah kita sehingga perbedaan antara mentor yang memilikinya dan mentor yang tidak memilikinya terlihat begitu jelas dan kentara. Meskipun begitu seorang Mentor tidak merasakan perasaan Cinta itu tanpa sebab sama sekali. Bagaimanapun juga kalau ada asap mesti ada api bukan? Gak mungkin ada asap ada jin… itu cuman di film Jin dan Jun saja. Mentor yang mendapat cinta dari adik mentor setidaknya memiliki karakteristik seperti ini :

1. Mentor Mampu Menghafal Nama Adik Mentornya Seketika dan Selamanya
Abbas Asy-Syisi menyiratkan hal ini dalam bukunyaMemikat Hati Objek Dakwahdengan menyebutkan kebiasaan menghafal nama sebagai kebiasaan yang harus dimiliki setiap mentor. Menghafal nama adalah awal dari perkenalan. Perkenalan adalah awal dari jalan menuju Cinta. Rasulullah selalu menyebut nama sahabat ketika berdiskusi, bahkan hafal nama-nama populer dari setiap sahabatnya. Terkadang Rasulullah menyebut Ali dalam sebuah halaqah terkadang menyebut dengan panggilan Abu Hasan. Terkadang menyebut Abu Bakar, di lain waktu menyebut Ash-Shidiq.


Mohon tidak diremehkan, tetapi pertemuan pertama(perdana) mentoring adalah waktu paling krusial dan menentukan dibanding pertemuan mentoring kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Jika di pertemuan perdana mentor mampu menghafal nama semua adik mentor dengan baik, maka hal itu akan berbekas ke hati tiap adik mentor. Usahakanlah untuk tidak lagi menggunakan kata “Kamu” kepada adik mentor dan gantilah dengan panggilan yang paling ia senangi. Kesan yang berbekas dari kegiatan menghafal nama ini akan bertumbuh menjadi perasaan simpatik, berkembang menjadi perasaan salut, dan berbunga cinta. Ketika bertemu di jalan, menyapa dan menanyakan kabar gunakan terus panggilan yang amat sangat disukai adik mentor. Niscaya adik mentorpun akan senantiasa mengingat antum dalam hatinya. Janganlah kaget kalau suatu saat perasaan itu berkembang menjadi sebuah bentuk perhatian dan itsar–mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan dirinya sendiri. Percaya deh.

Copyright @ 2013 Rohis Al Izzah

Template by Templateism