Berdasarkan hadits marfu’ riwayat Tamim Ad-Daari -Radhiyallahu ‘anhu-:
“Amal
yang kali pertama dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat nanti
adalah shalatnya. Bila shalatnya sempurna, maka akan dituliskan
pahalanya dengan sempurna. Bila belum sempurna, maka Allah -Subhanahu wa
Ta’ala- berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Lihatlah apakah kalian
mendapatkan hamba-Ku itu mengerjakan shalat tathawwu’ sehingga dengannya
kalian menyempurnakan shalat wajibnya?’ Demikian juga dengan zakatnya,
kemudian baru amal perbuatan lain dihisab menurut ukuran tersebut.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
2. Mengangkat derajat seseorang dan menghapuskan kesalahannya.
Berdasarkan hadits Tsauban maula Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, dari Nabi bahwa beliau bersabda:
“Hendaknya
kalian banyak-banyak bersujud. Sesungguhnya apabila kalian bersujud
kepada Allah sekali saja, akan Allah angkat satu derajat kalian dan akan
Allah hapuskan satu kesalahan kalian.” (HR. Muslim)
3.
Memperbanyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuknya seorang
hamba ke dalam Surga, untuk menemani Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam-.
Berdasarkan hadits Rabi’ah bin Ka’ab
Al-Aslami -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia bercerita, “Aku pernah menginap
di rumah Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-. Aku membawakan air
wudhu dan keperluan beliau. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’ Aku
menjawab, ‘Aku ingin menjadi orang yang menemanimu di Surga.’ ‘Atau ada
permintaan lain?’ Tanya beliau. ‘Itu saja.’ Jawabku. Beliau -Shalallahu
‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Bantulah aku untuk memenuhi keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud..” (HR. Muslim)
4.
Shalat sunnah adalah amalan sunnah lahiriyah yang paling utama setelah
jihad dan ilmu, baik mempelajari maupun mengajarkannya.
Berdasarkan hadits Tsauban -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Istiqamahlah
kalian, dan kalian tidak akan pernah sempurna. Ketahuilah, sebaik-baik
amalan kalian adalah shalat. Tidak ada yang selalu menjaga wudhu selain
orang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
5. Shalat sunnah di rumah akan membawa keberkahan.
Berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Apabila
salah seorang di antaramu usai shalat di masjid, hendaknya ia
menyisakan shalat untuk dikerjakan di rumahnya. Karena Allah menjadikan
kebaikan di rumahnya dengan shalatnya tersebut.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits marfu’ dari Zaid bin Tsabit -Radhiyallahu ‘anhu- yang berbunyi:
“Wahai
manusia, shalatlah kalian di rumah kalian, karena seutama-utama shalat
seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh hadits Muslim:
“Hendaklah
kalian mengerjakan shalat di rumah kalian, karena sebaik-baik shalat
bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar -Radhiyallahu ‘Anhuma- dari Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, beliau bersabda:
“Jadikanlah
sebagian dari shalat kalian untuk dilakukan di rumah kalian, dan jangan
kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Shalat sunnah dapat membuahkan kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah
-Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-
bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa
memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang lebih Aku
sukai daripada amalan yang telah Aku wajibkan atasnya. Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah,
hingga Aku mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang
dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan
menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Bila ia meminta, pasti akan
Aku berikan. Bila ia meminta perlindungan, pasti Aku beri perlindungan.
Tidak pernah Aku merasa bimbang sebagaimana ketika Aku mencabut nyawa
seorang mukmin yang tidak menyukai kematian, sementara Aku tidak ingin
menyakitinya.” (HR. Al-Bukhari)
Secara tekstual hadits di atas, kecintaan
Allah kepada seorang hamba akan muncul bila seorang hamba istiqamah
mengerjakan kewajibannya dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya
melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melaksanakan yang wajib, baik
berupa shalat, puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya.
7. Meningkatkan rasa syukur seorang hamba kepada Allah -’Azza wa Jalla-.
Berdasarkan hadits Aisyah -Radhiyallahu
‘Anha- bahwa Nabi -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- biasa melakukan shalat
malam hingga telapak kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya, “Wahai
Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mughirah bin Syu’bah -Radhiyallahu
‘anhu- juga meriwayatkan bahwa ia bercerita, Rasulullah biasa melakukan
shalat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Ada orang
bertanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu
maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?”
(Dikutip dari buku Himpunan Dan Tata Cara Shalat Sunnah Sesuai
Tuntunan Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- karya Dr. Sa’id bin
Ali bin Wahf Al-Qahthani. Diterbitkan oleh Pustaka At-Tibyan – Solo)